Sepasang patung berwujud raksasa di ruas Jalan Gajah Mada, dekat jembatan Tukad Badung dan depan Pasar Badung, merupakan visualisasi Sang Kala Tri Semaya. Patung setinggi 3 motor dan berbobot 3,3 ton ini selesai digarap pada 29 November 2021 dan baru dipasang pada 30 November 2021 malam serta diupacarai pada pertengahan Desember 2021 bertepatan dengan pelaksanaan Denpasar Festival. Hasil karya seni tersebut merupakan buah tangan seniman Kota Denpasar, I Nyoman Gede Sentana Putra atau yang akrab disapa Kedux. Patung ini diselesaikan selama tiga bulan, dibantu rekan-rekan Kedux dari Tabanan serta Gianyar.
Sang Kala Trisemaya sejatinya visualisasi tiga dimensi cerita lontar Siwagama. Sang Kala Trisemaya merupakan sosok penjaga bumi yang dipersepsikan mampu dan peka terhadap perilaku dan gerak-gerik manusia, seperti salah laku, salah ujar dan berbohong.
Dalam lontar Siwagama diceritakan bahwa Hyang Batara Guru beryoga hingga lahirlah pendeta muda Sanghyang Dharmajaya yang disebut juga Sang Resi Sidhiwasitadewa. Dalam yoga semadinya, Sanghyang Dharmajaya mendapatkan energi luar biasa. Beliau memuja Dewa Api sehingga tidak tersentuh, tidak terpengaruh oleh siang dan malam, tidak makan dan tidak minum.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran Sanghyang Trisemaya (Brahma, Wisnu dan Iswara) karena dikira Sanghyang Dharmajaya akan menghancurkan dunia. Sanghyang Trisemaya pun berwujud sosok menakutkan, yakni Sang Kalarudra (Brahma), Sang Kalasambhu (Wisnu), Sang Kalamaya (Iswara) yang disebut sebagai Sang Kala Tiga dan diberi tugas oleh Sang Hyang Trisemaya untuk membunuh Sang Resi Sidhiwasitadewa.
Sang Kala Tiga pun menyerang Sanghyang Dharmajaya, tetapi tak kunjung bisa dikalahkan. Demikian pula Sanghyang Trisemaya tak mampu membunuh Sanghyang Dharmajaya. Sanghyang Trisemaya pun menghadap Hyang Batara Guru dan menceritakan peristiwa itu. Hyang Batara Guru menjelaskan bahwa Sanghyang Dharmajaya merupakan perwujudan beliau sehingga tidak mungkin dapat dibunuh.
Namun, agar kemarahan Sanghyang Trisemaya lenyap, Hyang Batara Guru mengembalikan Sanghyang Dharmajaya hingga bisa dibunuh oleh Sang Kala Tiga. Selanjutnya, Sang Tri Semaya juga membunuh Sang Kala Tiga. Abunya menjadi Gunung Wiyanggama. Dunia kembali tenang dan damai.
Singkat cerita, dikisahkan atma (roh) Sang Kala Tiga keluar dari Gunung dan menyembah ke hadapan Bhatara Guru dan memohon izin menguasai dunia. Batara Guru memberikan anugrah kepada Sang Kala Tiga untuk menguasai dunia saat zaman Kali (zaman kehancuran) tiba serta akan memiliki anak sebanyak 108.