Memasuki persimpangan Jalan Diponegoro-Jalan Hasanuddin-Jalan Sumatra, pengunjung akan menemukan sebuah patung tepat di tengah persimpangan. Patung itu berupa sosok seorang rsi atau pendeta membawa genta. Masyarakat biasa menyebutnya sebagai Patung Rsi. Rsi atau pendeta merupakan sosok orang yang disucikan dalam kehidupan keagamaan masyarakat Bali.
Patung Rsi tampaknya sudah ada pada tahun 1920-an. Ini terlihat dari foto-foto Belanda. Karena itu, patung ini sudah berusia seabad. Hanya saja, kini posisi patung lebih tinggi. Dulu patung tersebut dipasang sejajar dengan jalan.
Patung Rsi merupakan ikon kawasan Suci. Dulu, kawasan Suci merupakan terminal untuk angkutan dalam kota dan antarkota, pompa bensin, dan pasar senggol. Kini, di kawasan ini berdiri kompleks pertokoan Suci Plaza yang dipenuhi oleh jejeran toko emas.
Sebelumnya, sejak lama tempat ini menjadi pusat kehidupan malam Kota Denpasar. Di tempat ini pula istilah nasi jingo mulai muncul hingga menjadi ikon kuliner Denpasar. Siang hari, kawasan Suci berfungsi sebagai terminal angkutan dalam kota dan antarkota. Pada tahun 1970-an hingga tahun 1980-an, angkutan kota dilayani bemo roda tiga. Selain itu, terminal Suci juga jadi tempat mangkal mini bus yang melayani angkutan ke Tabanan dan Negara.
Tahun 1980-an, seiring dengan usaha mempercantik dan mempermodern wajah Kota Denpasar, terminal Suci dialihfungsikan menjadi pertokoan bertingkat, Suci Plaza. Di bawahnya dimanfaatkan sebagai tempat parkir bawah tanah. Setelah itu, kawasan Suci, terutama Jalan Hasanuddin berubah menjadi kompleks pertokoan emas.