Pasar Badung merupakan pusat kegiatan ekonomi di Kota Denpasar, bahkan di Bali. Nama pasar ini diambil dari nama sungai yang mengalir di dekatnya, yaitu Tukad (Sungai) Badung. Awalnya, lokasi Pasar Badung di sebelah selatan Puri Denpasar (gedung Jaya Sabha). Pada masa kolonial, yaitu sekitar tahun 1907, Pasar Badung dipindahkan ke barat di dekat Tukad Badung, di area Pasar Badung dan Pasar Kumbasari sekarang.
Sebelumnya, di lokasi ini telah berdiri juga pasar khusus gerabah yang dikenal dengan sebutan Peken Payuk. Seiring merosotnya popularitas peralatan dapur dari gerabah, Peken Payuk berubah menjadi pasar modern dan namanya juga berubah menjadi menjadi Pasar Kumbasari. Pasar Badung dan Pasar Kumbasari identik dengan sosok para perempuan tukang suun (juru junjung belanjaan). Penataan Pasar Badung dilakukan tahun 1977. Perubahan bentuk arsitektur Pasar Badung menjadi bertingkat diresmikan pada 24 April 1984. Pada 29 Februari 2016, Pasar Badung mengalami kebakaran hebat. Setahun kemudian, Pasar Badung direnovasi sebagai pasar rakyat yang lebih modern.
Pada 24 Maret 2019, Pasar Badung dengan arsitektur baru yang khas diresmikan Presiden Joko Widodo. Pasar Badung saat ini memiliki kapasitas enam lantai yang terdiri atas dua basement dan empat lantai untuk los dan kios. Total ada 1.450 unit los dan 290 unit kios. Presiden Jokowi mengagumi Pasar Badung sebagai pasar rakyat dengan arsitektur paling bagus di Indonesia.