Puri Agung Jero Kuta diperkirakan didirikan pada tahun 1820 oleh Dewa Gde Jambe Badung dengan gelar Kyai Agung Gde-Jro Kuta Kahuningan. Keluarga Puri Agung Jero Kuta merupakan keturunan Puri Agung Klungkung, pusat kekuasaan raja-raja Bali di masa lalu. Tataletak Puri Agung Jero Kuta terbilang masih bertahan seperti aslinya.
Di pelataran puri ini terdapat empat gapura besar yang disebut nyatur singa, yang artinya ‘empat lokasi berbeda di satu tempat’. Karena tataletaknya yang masih asli, Puri Agung Jero Kuta kerap dipilih sebagai tempat foto prewedding bernuansa adat Bali.
Puri Agung Jero Kuta dikenal sebagai puri yang mempertahankan kearifan lokal tradisi menenun. Dua tokohnya, yaitu I Gusti Ngurah Alit Gede dan I Gusti Ngurah Agung ikut gugur dalam perang Puputan Badung. Keluarga Puri Agung Jero Kuta menjadi pangempon (penanggung jawab) Pura Luhur Uluwatu, sebuah pura penting di Bukit Pecatu, Badung Selatan.