Jalan Gajah Mada merupakan ikon Kota Denpasar. Orang belum merasa ke Denpasar bila belum menginjakkan kaki di Jalan Gajah Mada. Pada era kolonial, Jalan Gajah Mada menjadi akses utama masyarakat, sekaligus merupakan embrio berkembangnya pariwisata Denpasar. Daya tarik utama Jalan Gajah Mada, tentu saja, sisi historisnya yang ditunjukkan dengan bangunan-bangunan tua di kanan-kiri. Sehingga ditetapkan sebagai kawasan heritage atau warisan budaya sejak tahun 2008.
Sejak zaman kolonial, Jalan Gajah Mada merupakan kawasan niaga dengan katakteristik multikultural yang kental. Di sini, para pedagang keturunan Tionghoa, Arab, India, Madura, dan Jawa, telah terbiasa hidup berdampingan secara harmonis. Masyarakat Kota Denpasar juga mengenang Jalan Gajah Mada sebagai pusat hiburan, khususnya film. Di sepanjang Jalan Gajah Mada berdiri sejumlah bioskop, seperti Wisnu Teater di ujung barat Jalan Gajah Mada, Hollywood Teater yang kemudian berubah menjadi Indra Djaja, lalu Indra Teater di simpang barat Jalan Gajah Mada.
Pada tahun 1964, pernah digelar ajang festival budaya di Jalan Gajah Mada bertajuk Festival Gajah Mada. Dalam teks-teks karya sastra Indonesia maupun Bali Modern, keberadaan Jalan Gajah Mada dilukiskan sebagai kawasan yang “tak mengenal tidur”.
Source Cover Image: beritabali.com
Source Instragram: Dede Yulianto
Source: denpasarfestival.id