Dokar dikenal sebagai salah satu moda transportasi umum di Kota Denpasar pada zaman kolonial. Menurut catatan Belanda, pada masa kolonial sudah ada 261 buah dokar di Kota Denpasar. Dokar dikemudikan seorang kusir yang biasanya mengenakan pakaian tradisional serta membawa pecut (cemeti). Dilengkapi dengan suara bel di kedua sisi sehingga menimbulkan bunyi yang khas ditingkahi bunyi derap langkah kuda. Masa keemasan dokar di Denpasar, terjadi pada tahun 1960-an. Bahkan, Denpasar pernah memiliki organisasi kusir dokar, yaitu Persatuan Dokar Denpasar (Perdoden).
Sejak era Orde Baru, seiring makin membanjirnya sepeda motor dan mobil, keberadaan dokar pelan-pelan mulai tergusur.
Sejak tahun 2000-an, Pemerintah Kota Denpasar mengembangkan city tour dan menjadikan dokar sebagai salah satu atraksi wisata. Dokar direvitalisasi sebagai dokar hias dan ditawarkan kepada wisatawan yang ingin berkeliling menikmati objek-objek wisata bersejarah di pusat Kota Denpasar.